
Indonesia
adalah negara yang besar. Terdiri dari ratusan ribu pulau , ribuan bahasa, dan
ribuan suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki budaya-budaya tersendiri.
Artinya Indonesia adalah sebuah negara multikultural yang disatukan dalam satu
semboyan, Bhinneka Tunggal Ika.
Betapa
berharganya nilai suatu kebudayaan bagi bangsa Indonesia, tetapi pada
kenyataannya di zaman ini yang perkembangan teknologi serba modern, malah
membuat generasi penerus bangsa menyepelekan betapa penting nya suatu nilai
kebudayaan. Hal itu disebabkan banyak faktor, salah satunya karena sejak kecil
mereka sudah dipengaruhi oleh kebudayaan-kebudayaan luar yang tidak sejalan
dengan kebudayaan kita. Sejak kecil sudah disuguhkan dengan smartphone,
membuat para generasi penerus bangsa tidak dapat membedakan mana yang
menurutnya baik untuk mereka dan mana yang tidak.
Begitupula
dengan mahasiswa, pentingnya untuk belajar kebudayaan agar kita dapat mengerti
betapa berharganya nilai suatu kebudayaan. Oleh karena itu mahasiswa,
diharuskan untuk mempelajari Ilmu Budaya Dasar.
Secara
sederhana IBD adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan
dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk
mengkaji masalah-masalah dan kebudayaan. Dalam artian lebih luas, Ilmu Budaya
Dasar dipelajari agar membuat kita mempunyai sikap yang penuh hormat, senang
membantu, dan sebagainya.
Ilmu Budaya
Dasar pada dasarnya berbeda dengan ilmu sosial lainnya. Dalam bahasa Inggris,
Ilmu Budaya Dasar disebut juga basic humanities yaitu ilmu yang
mempelajari dasar-dasar dari kemanusiaan. Ilmu Budaya Dasar menggunakan metode
yang kritis atau spekulatif dan menggunakan elemen sejarah yang signifikan yang
dimana membedakannya dengan ilmu murni lain yang menggunakan metode empiris.
Ilmu Budaya Dasar mencakup pelajaran tentang literatur, filosofi, sejarah,
seni, hukum, dan sebagainya.
Tujuan
mahasiswa mempelajari Ilmu Budaya Dasar adalah untuk mengembangkan kepribadian
dan wawasan pemikiran. Menurut Kepala Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan
UNY, Dr. -Ing. Satoto E. Nayono, M.Eng., M.Sc, menuturkan bahwa dengan
melakukan pembekalan wawasan budaya maka mahasiswa tidak menghadapi hambatan.
Menurutnya, budaya itu seperti gunung es, Dimana hanya 10 persen yang terlihat.
"Sisanya yang tidak terlihat dan membentuk karakter kita itu 90 persen.
Cara kita berpakaian, cara berbicara dan berbagai kebiasaan adat istiadat itu
gampang dilihat dan ditiru. Namun untuk nilai-nilai yang mendasari karakter dan
prioritas seseorang itu tidak terlihat. Inilah yang perlu kita dalami agar
tidak mengalami benturan budaya,” imbuhnya.
Referensi:
Komentar
Posting Komentar